GTE series: Yes-man VS No-man Dalam Dunia Automated Testing
Well, kalau dilihat dari judulnya pasti ada beberapa orang yang bingung atau malah semuanya bingung.
Saya malah senang kalau semuanya bingung mengenai apa yaa isi dari artikel ini.
Apa sih yang terpikir atau apa yang kalian tahu tentang Yes-man atau No-man?
Menurut artikel di website womantalk, Yes-man adalah tipe orang yang selalu menuruti perintah seseorang. Tipe Yes-man ini orangnya sangat susah atau malah tidak bisa sama sekali mengatakan “tidak” walaupun sebenarnya dia bisa saja mengutarakan ketidak inginannya. Berbanding terbalik dengan Yes-man, No-man adalah orang yang cenderung keras kepala dalam menerima perintah yang datang kepadanya. Tipe No-man termasuk susah atau malah sama sekali tidak akan mengatakan “iya”. Termasuk tipe yang manakah kalian?
Setelah mengetahui kalian termasuk tipe Yes-Man atau No-man, kemudian apa yaa hubungan antara kedua istilah tersebut dengan automated testing?
Teknologi mengenai automated testing belakangan ini menjadi sangat populer. Tidak hanya QA (Quality Assurance) saja yang mempelajarinya, banyak kalangan non-QA yang juga mulai tertarik dengan pembahasan automation. Tapi populer saja tidak menjamin semuanya bijak atau tahu mengenai seluk beluk automated testing dan tools yang ada saat ini.
Berkaitan dengan hal tersebut, sebelumnya saya pernah mendengar beberapa pertanyaan maupun pernyataan dari beberapa orang di komunitas atau tempat saya bekerja yang kira-kira intinya bisa dilihat di daftar berikut ini :
- Banyak bug dan kita tidak memiliki automated testing?
- QA itu harus bisa automation.
- Automated testing itu hanya untuk perusahaan dengan product-based.
- Untuk bisa automation harus bisa ngoding.
- Automation tidak akan pernah bisa menggantikan manual testing.
- Bug ini bisa lolos pre-production kita, memang tidak dihandle di script automation?
- Coba terapkan automation di kantor kita yaa. Itu sangat penting.
- Kenapa test case fitur ini tidak masuk ke dalam automation?
- Fitur kita sudah deployed ke production, langsung buat automationnya yaa.
Untuk orang-orang yang sudah lama/baru menjadi QA, apakah kalian pernah mendengar hal yang sama/mirip seperti daftar di atas?
Beberapa dari kita mungkin akan setuju ataupun tidak setuju dengan pernyataan yang disebutkan. Tidak sedikit orang yang akan merasa khawatir jika diharuskan menjawab beberapa pertanyaan yang ada di atas. Well, simak beberapa alasan dan tips berikut yang mungkin bisa membantu kamu dalam hal automatied testing.
Reason
For Yes-man
Ketika kamu ingin mengatakan “tidak” atau belum siap memasuki dunia automation, namun kamu tidak jadi mengatakannya karena alasan atau keadaan yang kurang tepat, kamu bisa mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
- Tanyakan apakah kegunaan automation di tempat kerja/jenjang karir mu. Untuk long term plan atau mengikuti trend semata? Kamu tidak harus memaksakan dirimu untuk mengikuti apa yang diinginkan oleh lingkungan tempat kerjamu hanya demi mengikuti suatu trend.
- Automation juga bisa diimplementasikan untuk project-based loh. Perhitungkan seberapa lama project berlangsung, jika jangka pendek (hitungan bulan) atau tidak iteratif secara penambahan fitur, maka sangat tidak dianjurkan untuk menggunakan automation. Kamu bisa menjadikan ini sebagai pertimbangan jika kamu sedang berada di project jangka pendek dan kamu memiliki kewajiban mengerjakan automation.
- Jangan takut mendapat appraisal jelek jika kamu tidak bisa automation, karena belajar sesuatu itu tidak bisa dipaksakan. Automation itu bukan sebuah kewajiban, jadi harusnya tidak masalah kalau kamu memang tidak ingin mempelajari atau menerapkannya di lingkungan kerjamu.
- Manual testing adalah obat yang pas untuk mengatasi masalah perkembangbiakan bug yang tak tertangani. Sedangkan automation hanya membantu agar sistem yang ada agar tetap stabil. Kalau untuk fitur baru, banyaknya bug belum tentu bisa ditangani dengan automation.
- Ingat, kamu harus selalu punya pilihan ya atau tidak. Kamu memang dibayar oleh perusahaan tempatmu bekerja tapi pilihan tetap ada di tanganmu. Intinya jangan mengatakan iya dengan terpaksa, karena hasilnya belum tentu sebagus dengan apa yang dipaksakan.
For No-man
For you No-man, hey why aren’t you learning some automation tool and make a show in front of your co-workers or boss? Minimal kamu harus tahu sedikit mengenai automation dan berikut beberapa alasannya :
- Kamu bisa belajar sesuatu hal yang baru.
- Kamu bisa meningkatkan “harga” kamu di mata perusahaan. Atau jika kamu mulai jenuh bekerja di lingkungan kerja yang sekarang, percayalah akan ada banyak lingkungan kerja baru yang dengan sigap menerima skillmu terkait automation.
- Kamu tidak akan bosan karena perkembangan automation cukup pesat akhir-akhir ini.
- Automation memang tidak sedetail manual testing, tapi itu akan membantumu mengatasi kejenuhan mengecek fitur yang itu lagi dan lagi. Kamu laik mempertimbangkan peran automation dalam membantu pekerjaanmu.
- Kalau kamu tidak menyenangi automation dengan coding, maka automation recorder adalah hal yang bisa kamu coba di awal. Contohnya kamu bisa pelajari tools seperti Selenium IDE atau Katalon Studio.
- Jangan keras kepala. Ilmu itu tidak ada yang buruk kok pasti akan ada dampak baiknya walau sedikitpun.
- Probably some of the best things that have ever happened to you in life, happened because you said yes to something. Otherwise things just sort of stay the same. — Danny Wallace
Memilih Tools dan Test Case yang tepat
For Yes-man
- Jangan memasukkan semua test case yang biasa dibuat oleh manual tester ke dalam skenario automated testing hanya karena kamu takut dimarahi jika ada bug yang lolos.
- Jangan membuat dirimu hebat di mata orang lain dengan memilih tools yang salah hanya karena kamu merasa terburu-buru menerapkan automation. Automation tools is not a magic. It can be a helper or disaster.
- Masukan dari atasan atau rekan kerja terkait automation memang ada kalanya baik tapi tidak kesemuanya bagus. Kamu harus memilah dan tega untuk mengatakan bahwa suatu case memang belum mumpuni atau bahkan terlalu rumit untuk dibuatkan test case automationnya.
- Pikirkan efek yang terjadi jika kamu menerapkan automation test case untuk 1 fitur tertentu.
- Kamu bisa memasukkan negatif case, jika setelah kamu memikirkan efek dari pembuatan positif case tidak menguntungkan dan kamu lebih memilih memasukkan negatif casenya. Atau jika kamu telah menyelesaikan seluruh positif test case yang mungkin dimasukkan dan kamu ingin memasukkan negatif case, itu bisa saja dilakukan. Jangan memaksakan membuat positif dan negatif case dari 1 fitur. Better choose one from both but the best.
- Jangan membuat automation test case dari fitur yang belum stabil. Jangan pula memakai automation tool yang belum stabil atau masih dalam tahap penelitian. Pastikan kamu sudah yakin case apa saja yang bisa dimasukkan ke automation test case sebelum kamu mulai mengerjakan tugasmu. Tapi pertimbangkan juga pasti akan terlalu terlambat jika membuat automation setelah fitur yang kamu test sudah dideploy ke production. Yang pasti jangan sampai kalian yang jadi tidak stabil karena hal ini yaa.
For No-man
- Mau tidak mau kamu wajib membuat minimal positif test case dari fitur utama yang dikembangkan oleh tim-mu.
- Jika suatu test case automation terlalu rumit tapi hal itu merupakan fitur utama tim-mu dan cenderung di test secara iteratif atau berkala yes you have to make its automation. Tidak usah memasukkan hal terlalu detail tapi fungsional utama harus teliti.
- Usahakan test case setiap fitur utama dijalankan minimal 1 kali sehari, kamu bisa memakai tools seperti Jenkins untuk menjalankannya secara otomatis dengan jangka waktu tertentu. Jadi kamu tidak usah takut repot.
- Kamu harus mulai belajar mengenai element selector walau menggunakan automation recorder tool sekalipun. Ya, pengetahuanmu pasti bertambah.
- Kalau sistem atau automation tool yang kamu gunakan belum stabil, bukan berarti langkahmu terhenti dan kamu tidak melakukan apa-apa. Amati dan pelajari. Mulailah mencicil apa yang bisa kamu lakukan daripada hanya memikirkan ketidakstabilan yang tiada akhir.
Artikel ini hanya mencoba membantu agar kamu lebih fleksibel dalam dunia automation testing. Tidak ada yang salah dengan menjadi Yes-man atau No-man karena itu adalah bagian dari karakteristik kita masing-masing. Tapi buat kamu Yes-man dan No-man yang sudah membaca artikel ini, saya harap apa yang tertulis di sini bisa berguna untuk perkembangan kamu dalam dunia automation testing yaa. — MperMperPisang
Referensi